Filosofi Filsafat
Sabtu, 20 Juli 2024 14:58 WIB
Orang yang bertitel S-3 dengan jalur spesialisasi yang zig-zag: S1-nya ekonomi, S2-nya politik dan S3-nya managemen, besar kemungkinan hanya mencapai level keilmuan setara S1 di masing-masing dari tiga spesialisi tersebut.
Filsafat pernah didefinisikan secara jenaka: berfilsafat seperti orang yang mencari kucing hitam di ruangan besar yang gelap gulita, dan kucing hitam itu sendiri sebenarnya tak ada di ruangan.
Bagi saya, filsafat adalah proses menganalisa dan memahami suatu kasus/obyek secara mendalam, dengan memperhitungkan semua variabel yang terkait langsung ataupun tidak langsung dengan kasus/obyek tersebut.
Jika diasumsikan setiap kasus dan obyek punya 10 variabel, dan seseorang hanya memahami 3 variabel saja, maka level keilmuannya adalah sarjana Strata-1.
Contoh: memahamai struktur inti dari bagunan yang disebut rumah, yaitu dinding dan atap. Ini pengetahuan dasar tentang rumah.
Jika pemahamannya ditingkatkan dengan memahami sampai 6 variabel, maka levelnya mirip seorang sarjana Strata-2.
Contoh, pemahaman tentang bagunan rumah sudah memperhitungkan tiang, pondasi, lay out ruangan, ventilasi, mungkin balkon dan serambinya, juga halaman luarnya. Termasuk lingkungan yang aman.
Kalau pemahamannya ditingkatkan lagi dengan mendalami hingga 9 variabel, maka kelasnya sudah memasuki level filosofis. Itulah sebabnya titel S-3 juga disebut Ph.D atau DPhil (Doctor of Philisophy). Seharusnya juga lebih arif dalam bersikap.
Contoh: pemahaman filosofis tentang rumah sudah mulai menghitung faktor metafisis dan spiritualnya. Misalnya, bagian depan sebaiknya mengahadap timur atau barat. Pintu depan, pintu samping dan pintu belakang disingkronkan, faktor estetika tiap bagian sudah lebih diperhatikan. Ada pemisahan yang jelas antara ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar tidur, dan toilet. Bahkan termasuk menghitung jenis materialnya.
Seseorang yang hanya memahami bangunan rumah pada level S-1, memang belum bisa dikategorikan pakar tentang rumah. Sebab pengetahuannya masih dasar bangat.
Mereka yang memahami rumah pada level S-2, relatif sudah hampir mencapai tahapan pakar, tapi masih dominan bersifat teknis. Ketajaman analisisnya masih rata-rata air, dan ketika bersikap cenderung akan ngotot.
Mereka yang pemahamannya tentang rumah telah mencapai level S-3, adalah mereka yang telah masuk ke tahapan filosofis. Pada tahapan ini, mereka umumnya bisa menulis buku, dengan sudut pandang yang relatif baru. Sebagian bahkan bisa merumuskan teori baru.
Karena itu, jika ada orang yang bertitel S-3, dan belum pernah menulis buku di bidang spesialisasinya, berarti secara administrasi ia berhak menyandang titel S-3, namun secara keilmuan mungkin levelnya hanya setara S-2 atau bahkan S-1.
Di Indonesia, tidak banyak doktor yang S1, S2 dan S3 nya dalam satu disiplin ilmu yang lenear. Karena sebagian besar orang yang bertitel S-3 mengambil jalur spesialisasi yang zig-zag: misalnya S1-nya ekonomi, S2-nya politik dan S3-nya managemen. Besar kemungkinan dia hanya mencapai level keilmuan setara S1 di masing-masing dari tiga spesialisi tersebut.
Dan terakhir, seseorang yang memahami suatu kasus/obyek dengan tuntas hingga 10 variabel, berarti dia telah mencapai level profesor, yang kadang digambarkan dengan ilustrasi begini: can do no wrong di bidang spesialisasinya.
Syarifuddin Abdullah | Jakarta 19 Juli 2024/ 13 Muharram 1446H

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Filosofi Filsafat
Sabtu, 20 Juli 2024 14:58 WIB
Pertempuran dan Adu Drone di Langit Ukraina
Senin, 13 Februari 2023 05:57 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler